Strategi Pemanfaatan Mekanisasi Tanaman Tebu di Lahan Kering Wilayah Pengembangan (Bagian II)
Salah satu usaha tani yang bisa mengubah pola petani dari peasant ke farmer adalah usaha budidaya tebu. Tebu merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama setahun (satu tahun sengaja dipanen), sehingga untuk pemeliharaan tidak seintensif tanaman semusim lainnya seperti padi, jagung, dan kedelai, yang lebih intensif pemeliharaannya karena hanya berumur tiga bulan. Sehingga hal ini memungkinkan satu petani memiliki lahan tebu berpuluh-puluh hektar karena pemeliharaannya relatif lebih mudah dibandingkan tanaman semusim lainnya. Di Indonesia, tanaman tebu (Saccharum officinarum) merupakan bahan utama untuk membuat gula kristal putih yang dibutuhkan sebagian besar masyarakat. Pada umumnya tanaman tebu ditanam pada lahan sawah dengan pengairan yang baik. Dalam dua puluh tahun terakhir, penanaman tebu bergeser dari lahan sawah ke lahan kering (tegalan).Hal itu disebabkan antara lain lahan berpengairan diutamakan untuk produksi pangan, lahan sawah berubah peruntukan menjadi bangunan, dan lahan sawah berpengairan lebih menguntungkan ditanami tanaman lain dari pada tanaman tebu.
Menurunnya produktivitas tebu sejak diberlakukannya Inpres Nomor 9/1975 tentang Program Tebu Rakyat Intensifikasi masih terasa dampaknya sampai saat ini. Banyak Pabrik Gula di Jawa yang kekurangan bahan baku untuk proses giling bahkan ada beberapa yang sampai ditutup membuktikan bahwa terjadi kemerosotan produktivitas tanaman tebu, baik karena berkurangnya lahan penanaman tebu maupun berkurangnya produksi tebu per hektar lahan. Maka dari itu pengembangan lahan tebu ke lahan-lahan marginal seperti lahan kering perlu ditingkatkan ekstra untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksi gula di Indonesia. Meskipun areal tebu lahan kering mengalami peningkatan, ternyata produktivitas tebu lahan kering lebih rendah daripada produktivitas tebu lahan sawah.Hal ini mengakibatkan pendapatan petani menjadi lebih rendah karena kendala tingginya biaya produksi yang berimbas pada meningkatnya harga pokok produksi. Untuk itu perlu dilakukan akselerasi program untuk menekan biaya produksi di lahan kering, dan satu-satunya program yang bisa diimplementasikan adalah program mekanisasi tebu.
Sudah jelas bahwa sistem mekanisasi mutlak dibutuhkan untuk membudidayakan tebu di masa depan. Sistem konvensional berangsur-angsur sudah mulai ditinggalkan. Di tengah kelangkaan tenaga kerja dan persaingan komoditas lahan sawah, sistem mekanisasi merupakan jawaban satu-satunya atas kendala tersebut. Selain hal tersebut tujuan mekanisasi antara lain: (1) mempercepat waktu pengerjaan yang terbatas, (2) meningkatkan kualitasdan kuantitas garapan, (3) homogenitas kualitas hasil kerja, (4) mengurangi dan mengeliminasi “kehilangan“ serta (5) meningkatkan spend of control.
Namun yang perlu diperhatikan adalah prinsip dasar dalam melaksanakan pekerjaan mekanisasi. Setiaptindakan operasionalharus selalu mempertimbangkan dan dievaluasi tentang spesifikasi alat dan jenis tanah yang akan diolah. Spesifikasi alat akan menyesuaikan kondisi lahan yang akan diolah. Suatu misal untuk tanah-tanah keras seperti daerah Lamongan dan Madura tentunya alat yang digunakan berbeda dengan lahan-lahan sawah seperti daerah Jombang, Mojokerto dan Kediri. (Fauzi Al Rosyid_PG Djombang Baru, OPI_Sekper)
Rank 24 of The Best Twenty Five LKTI 2014
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar