Solusi Korporasi Mewujudkan Swasembada Gula 2014 (Bagian II)
Dari tiga puluh enam pabrik gula yang ada di Jawa Timur, sebelas PG adalah milik PT Perkebunan Nusantara X (Persero) dan sisanya milik PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) dan RNI (Rajawali Nusantara Indonesia). PTPN X- salah satu BUMN Perkebunan, merupakan pemain utama di bidang agroindustri yang sudah secara serius mewujudkan industri berbasis tebu terintegrasi (sugar cane-based industry). Pabrik-pabrik gula PT Perkebunan Nusantara X (Persero) mempunyai kapasitas produksi 1.400 ton tebu per hari (TCD) hingga 6.500 TCD. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan tebu, maka persaingan dalam industri gula pun meningkat. Untuk itu perlu adanya strategi-strategi yang tepat supaya PTPN X tetap berdaya saing.
Thailand merupakan negara swasembada gula yang memiliki lahan tebu seluas 1 juta hektar dengan produksi sekitar 7 juta ton gula, sedangkan untuk rendemen mencapai 11%. Di Indonesia rata-rata hanya 7-8%. Kapasitas pabriknya juga mencapai 13.000 TCD, sangat jauh dengan yang ada di Indonesia khususnya di PTPN X. Melihat fakta tersebut, maka PTPN X harus melakukan ekspansi lahan perkebunan tebu, tidak hanya di Madura sesuai dengan instruksi Gubernur Jawa Timur, tetapi juga di wilayah pengembangan yang sudah ada.
Wilayah pengembangan tebu PTPN X sebenarnya masih sangat potensial, akan tetapi masih banyak bahan baku tebu di wilayah itu yang hilang (tidak masuk dalam Pabrik gula PTPN X ataupun jadi bahan rebutan diantara Pabrik gula dalam PTPN X) itu sendiri. Hal ini dapat memicu konflik baik internal maupun antara petugas Pabrik gula dengan petani di wilayah tersebut yang akan sangat merugikan kedua belah pihak. Ketidakharmonisan antara petani dengan pihak petugas dari pabrik gula akan menambah angka kehilangan bahan baku tebu (BBT) setiap tahunnya yang berpengaruh pada pasokan tebu ke dalam pabrik. Sedangkan konflik internal dalam pabrik gula yang ada di PTPN X akan menyebabkan persaingan harga yang tidak sehat. Lagi-lagi akan merugikan pabrik gula itu sendiri karena menambah biaya produksi. Untuk mengatasi hal tersebut upaya yang dapat dilakukan korporasi adalah menggabungkan pabrik gula dalam satu wilayah untuk menghasilkan produk yang lebih besar dengan keuntungan yang lebih besar pula. Sehingga tidak ada lagi persaingan memperoleh BBT diantara PG sesaudara. Korporasi dapat menghemat biaya produksi dan menambah pasokan tebu dari wilayah lain dengan manejemen produksi yang tepat karena berada di bawah komando satu general manager. (Evi Kusuma Ningrum_Divisi QC & PL <Tuban>, OPI_Sekper)
Rank 19 of The Best Twenty Five LKTI 2014
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar