Selamat Ulang Tahun PTPN X, Selamat Menghadapi Globalisasi (Bagian I)
Pada 11 Maret 2015 PT Perkebunan Nusantara X (PTPN X) berulang tahun yang ke-19. Ibarat seorang manusia, umur 19 tahun adalah masa lulus SMA, masa peralihan, masa menjelang dewasa. Waktu mulai mengenal dunia luar dengan segala permasalahannya. Waktu yang sangat menentukan masa depan, jika salah pergaulan dan salah mengambil keputusan berarti masa depan suram. Demikian juga PTPN X, pada ulang tahunnya ke-19 ini dihadapkan pada dunia luar yang makin global, masa perdagangan bebas. Apakah itu globalisasi? Siapkah PTPN X bersaing di dunia global?
Ada penjelasan cukup menarik dari buku “Profesional atau Budak?” karya Ekuslie Goestiandi tentang fenomena globalisasi. Buku itu menjelaskan globalisasi dengan memberi contoh kematian Lady Diana. Begini penjelasannya. Kematian Lady Diana adalah kematian seorang putri Kerajaan Inggris, yang ditemani oleh seorang pacar berkebangsaan Mesir. Mereka tertabrak di terowongan Perancis, dengan mengendarai mobil Jerman yang memiliki mesin buatan Belanda dan dikendarai seorang sopir Belgia yang mabuk gara-gara
menenggak wiski Skotlandia. Mereka diburu oleh para paparazi Italia yang mengendarai sepeda motor buatan Jepang. Dan, kemudian dirawat oleh dokter Amerika, yang memberikan resep obat dari Brazil.
Kisah ini awalnya dikirim oleh seorang India, dan diteruskan oleh teman Indonesia dengan menggunakan teknologi Blackberry dari Kanada, yang di dalamnya mengandung cip dari Korea dan layar buatan Taiwan yang semuanya dirakit oleh pekerja Bangladesh di pabrik yang berlokasi di Hungaria. Bisa dibayangkan, dalam satu kisah kematian Putri Diana saja, belasan negara terlibat di dalamnya. Tentunya ini bukan cerita yang sesungguhnya, namun cukup ilustratif untuk melukiskan fenomena globalisasi. Globalisasi menjadikan berbagai belahan dunia menjadi suatu kawasan yang tak terpisahkan, dan membentuknya menjadi sebuah kampung baru bernama global village.
Nah, akhir tahun 2015 nanti negara-negara di Asia Tenggara akan membentuk global village dengan mulai diterapkannya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). MEA bertujuan mengintegrasikan ekonomi regional Asia Tenggara dalam bentuk pasar tunggal dan basis produksi. ASEAN akan menjadi kawasan ekonomi yang sangat kompetitif, kawasan pengembangan ekonomi yang merata atau seimbang, dan kawasan yang terintegrasi sepenuhnya menjadi ekonomi global. Sebagai pasar tunggal kawasan terpadu, ASEAN dengan luas sekitar 4,47 juta km persegi yang didiami oleh lebih dari 600 juta jiwa dari 10 negara anggota ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan memacu daya saing ekonomi melalui arus bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal.
Indonesia akan dibanjiri barang, jasa, investasi, modal, dan tenaga kerja dari sembilan negara tetangga. Nanti akan ada pekerja di perusahaan-perusahaan Indonesia dengan nama semacam Nguyen, Ratapong, atau Norodom. Nama-nama seperti Agus, Sugeng, Edi, Adi, atau Bambang bisa juga berkibar di negara-negara tetangga.
Nanti mungkin juga akan muncul produk-produk gabungan dari hasil kerjasama beberapa negara. Misalnya saja ada jeruk “bervitamin” (jeruk bibit berasal dari Vientiane tanamnya di Banjarmasin), durian “kula bingung” (durian Kuala Lumpur bibit Tulungagung). Ada batik merk “gak bolongan” (batik gabungan karya budaya orang Laos dan orang Pekalongan). Kalau ada produk gabungan beberapa kota atau negara berarti terjadi simbiosis mutualisme (saling menguntungkan).
Namun, agak mengkhawatirkan ketika pasar Indonesia nanti dikuasai produk-produk negara tetangga, misalkan saja sabun cuci Bangkok, kerupuk Mindanao, pasta gigi Chiang Mai, mie instan Phnom Penh, dan tusuk gigi Negeri Sembilan. Hal itu sangat mungkin terjadi ketika produk-produk lokal Indonesia kalah dalam pemasaran, kalah efisien, kalah kualitas dan lebih mahal. Lalu bagaimana dengan gula yang diproduksi oleh PTPN X? Bisakah bersaing dengan produk dari negara ASEAN lainnya? (Ady Susanto_PG WT, OPI_Corcom)
Number 22 of The Best 30 LKTI 2015
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar