Sejahterakan Petani, BUMN Fokus Benahi Industri Gula Dalam Negeri
Mojokerto, 2 Desember 2014- Lesunya industri gula tanah air membuat Menteri BUMN Rini Soemarno ingin mengumpulkan informasi yang komprehensif tentang pabrik gula. Mantan Menteri Perindustrian era Megawati ini rela blusukan ke salah satu pabrik gula milik PT Perkebunan Nusantara X, yaitu PG Gempolkrep dan Pabrik Bioethanol di Desa Gedeg, Mojokerto, Selasa 2 Desember 2014.
Rini Soemarno mengatakan swasembada gula harus diwujudkan, sebab gula merupakan salah satu bahan pangan. Untuk mewujudkan swasembada gula yang menjadi perhatian utama adalah kesejahteraan petani.
“Fokus kita adalah kesejahteraan petani,” tegasnya.
Saat ini, sambung Rini, pemerintah akan terus mencari jalan bagaimana kesejahteraan petani tebu di dalam negeri bisa terangkat. Petani akan bisa mendapatkan nilai tambah bukan hanya dari gula saja tetapi dari by product dari komoditas tebu.
Usai melakukan inspeksi mendadak (Sidak) do PG Gempolkrep dan PT Energi Agro Nusantara (ENERO), pabrik Bioethanol milik PT Perkebunan Nusantara X, Rini mengatakan ,” Pabrik Gula Gempolkrep sangat layak untuk dijadikan sebagai pabrik gula percontohan.”
Rini menambahkan, PTPN X telah melakukan perubahan atau revitalisasi di PG Gempolkrep sehingga pabrik gula yang didirikan tahun 1912 ini sangat efisien. Selain sudah menggunakan teknologi yang efisien, PG Gempolkrep juga terintegrasi dengan pabrik bioethanol.
“PG Gempolkrep yang terintegrasi dengan pabrik bioethanol bisa dijadikan contoh untuk pabrik gula khususnya di Jatim dan Jateng yang selalu merugi,” tambahnya.
Diakui oleh Rini, bahwa mayoritas pabrik gula saat ini adalah pabrik gula yang usianya sudah ratusan tahun dan menggunakan teknologi lama yang tidak efisien. Agar efisien dan terintegrasi dengan produksi produk samping tebu, salah satunya ethanol, maka pabrik gula mau tidak mau harus melakukan revitalisasi, tentunya revitalisasi tersebut sangat erat dengan tingginya investasi.
“Revitalisasi memang membutuhkan investasi. Tidak mengapa dilakukan investasi asal jelas pembangunan dan progressnya,” tegas Rini.
Yang terpenting, sambung Rini, bagaimana kesejahteraan petani tebu bisa terangkat dan pabrik gula harus bisa memberikan nilai tambah bagi petani. Selama ini, petani hanya mendapatkan penghasilan dari bagi hasil gula dan tetes saja. Namun dengan adanya pabrik yang terintegrasi dengan produksi produk samping, maka petani juga akan bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari gula dan dari produk samping tersebut. Produk samping tebu cukup banyak selain ethanol juga ada listrik, pupuk cair dan masih banyak lagi.
“PTPN X telah menghitung investasi yang dibutuhkan dan lama pengembaliannya. Hal itu sangat bagus dan bisa dilakukan untuk pabrik gula lainnya,” ungkapnya.
Untuk bisa menuju ke swasembada gula memang banyak hal yang harus dibenahi. Tidak hanya dari sisi pabrik gula saja, tetapi sistem pertaniannya juga harus dibenahi. Selama ini, rendemen di dalam negeri selalu rendah dan hal tersebut bukan karena pabrik gula yang sudah berumur tetapi kualitas tebu pun juga kurang bagus.
Terkait merosotnya harga lelang gula karena membanjirnya gula impor, Rini menegaskan pihaknya akan bekerjasama dengan kementerian terkait untuk segera melakukan perhitungan ulang berapa kebutuhan gula rafinasi untuk industri makanan dan minuman di dalam negeri. Dengan memegang data yang konkrit, pihaknya akan segera melakukan tindakan tegas agar kejadian seperti dua tahun terakhir tidak terulang lagi.
“Yang harus kita lindungi adalah masyarakat kita sendiri, dalam hal ini adalah petani. Kalau gula impor terus dibiarkan maka petani dan pabrik gula yang akan menjadi korbannya,” jelasnya.
Rini juga mengungkapkan PT Energi Agro Nusantara yang memproduksi ethanol juga sudah beroperasi dan sudah mengeskpor produk biofuel grade ke beberapa negara. Sedang untuk penjualan di dalam negeri yang dibeli oleh PT Pertamina jumlahnya masih belum besar.
“Untuk hal ini, tentunya saya akan bertemu dengan Direksi PT Pertamina agar industri ethanol di dalam negeri lebih bergairah dan bisa memenuhi kebutuhan ethanol di Indonesia,” ungkapnya.
Ditempat yang sama, Direktur Utama PTPN X Ir Subiyono MMA mengatakan, untuk menciptakan pabrik gula yang siap menghadapi tantangan, PT Perkebunan Nusantara X sudah melakukan persiapan dan perubahan sejak tahun 2008 silam. Dengan total investasi pabrik gula di PTPN X sejak 2008 – 2014 sebesar Rp 2,7 trilliun.
“Kami sangat menyadari dengan teknologi bertekanan rendah, pabrik kami tidak akan bisa efisien. Sehingga, kami memutuskan untuk melakukan revitalisasi dan mengubah teknologi yang ada ke teknologi bertekanan tinggi,” ungkapnya.
Dari sebelas pabrik gula milik PTPN X di Jawa Timur, sambung Subiyono, hampir semua sudah dilakukan revitalisasi, kecuali PG Toelangan. Bahkan untuk musim giling tahun 2014 ini, PTPN X melakukan revitalisasi besar-besaran untuk PG Djombang Baru dan PG Tjoekir. Dengan nilai investasi untuk semua pabrik gula di tahun 2014 ini kurang lebih sebesar Rp 400 milliar.
“Dengan revitalisasi tersebut, selain lebih efisien, PTPN X juga mempunyai potensi untuk mengembangkan produk samping untuk diversifikasi produk, seperti biethanol dan co-generation atau memproduksi listrik,” sebutnya.
Subiyono menambahkan, pihaknya akan menangkat keinginan Menteri BUMN Rini Soemarno tersebut berupa peningkatan bagi hasil petani. “ Setelah perusahaan mendapatkan tambahan pendapatan dari bioethanol dan co generation atau listik, maka PTPN X akan meningkatkan nilai bagi hasil gula milik petani dari nilai yang ada saat ini,” pungkasnya.
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar