PG Gempolkrep Normalisasi 10 Km Patusan di Mojokerto dan Jombang

Terbit pada Kamis, 25 Agustus 2016

Jombang - Pabrik Gula (PG) Gempolkrep mengalokasikan dana coorporate social responsibility (CSR) 2016 untuk normalisasi saluran patusan di wilayah kerja Kabupaten Mojokerto dan Jombang. Pengerukan saluran sepanjang 10.266 meter yang mengalami pendangkalan itu diharapkan bisa menaikkan rendemen dan kuantitas tebu para petani.

Kepala Divisi Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) PTPN X Sugeng Purnomo mengatakan, dana CSR PKBL PTPN X PG Gempolkrep TA 2016 yang dialokasikan untuk normalisasi saluran patusan Rp 210,7 juta.

Kegiatan pengerukan yang dimulai sejak April lalu, saat ini telah merampungkan empat saluran patusan. Antara lain di Desa Keboan, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang dengan volume 1.601x5 meter; Desa Gading, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto dengan volume 5.816x0,5 meter; Desa Mojosarirejo, Kecamatan Kemlagi dengan volume 849x5 meter; dan Desa Betro, Kecamatan Kemlagi dengan volume 2.000x2 meter.

"Sebelumnya kondisi saluran patusan sangat tidak terpelihara. Jadi, sepanjang kanal penuh endapan lumpur dan tanaman liar sehingga terjadi pendangkalan," kata Sugeng kepada detikcom usai serah terima patusan di Desa Keboan, Kecamatan Ngusikan, Kabupaten Jombang, Kamis (25/8/2016).

Sugeng menjelaskan, sekitar 1.000 hektare lahan petani tebu di keempat lokasi itu tergolong 'becer' atau selalu tergenang air. Kondisi itu membuat rendemen dan kuantitas tebu yang dihasilkan menjadi rendah karena tingginya kandungan air. Sementara kondisi saluran patusan sebagai saluran pembuangan air dari lahan, justru mengalami pendangkalan.

"Harapan kami dengan normalisasi patusan ini, lahan petani tebu bisa berproduksi tinggi. Produktivitas lahan naik minimal menjadi 1.000 kwintal tebu per hektare," ujarnya.

General Manager PG Gempolkrep Koes Darmawanto menambahkan, normalisasi saluran patusan itu diharapkan bisa meningkatkan produktivitas lahan tebu milik petani. Jika tahun lalu lahan petani mampu menghasilkan 750 kwintal tebu per hektare, tahun ini naik menjadi 820 kwintal tebu per hektare.

"Harapan kami ke depan bisa sampai 1.000 kwintal per hektar," jelasnya.

Selain dengan normalisasi patusan di lahan becer, lanjut Koes, pihaknya juga menggalakkan mekanisasi pertanian tebu. Selain bisa memangkas biaya produksi, penggunaan peralatan modern oleh petani bisa mempercepat proses penggarapan lahan.

"Kami juga akan mendatangkan konsultan dari Brazil untuk mengembangkan bibit unggul. Dalam waktu dekat mudah-mudahan bisa punya bibit unggul. Karena bibit yang ada saat ini tak bisa lagi ditingkatkan produktivitasnya," paparnya.

Koes menambahkan, saat ini lahan petani tebu di wilayah kerja PG Gempolkrep mencapai 12.500 hektare. Tersebar di Kabupaten dan Kota Mojokerto, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Jombang.

Tahun lalu, tebu yang dihasilkan petani mencapai 879 ribu ton. Dia berharap tahun ini hasil panen mengalami peningkatan menjadi lebih dari 1 juta ton.

"Ada penurunan rendemen, tahun lalu rata-rata 8,26℅, tahun ini sementara rata-rata 6,8℅. Karena faktor cuaca yang masih hujan. Mudah-mudahan karena dua minggu sudah tak hujan ada kenaikan untuk panen ke depan," pungkasnya.

 

sumber : http://news.detik.com/berita-jawa-timur/3283300/pg-gempolkrep-normalisasi-10-km-patusan-di-mojokerto-dan-jombang

 

Posted in Berita

Terdapat 0 komentar

Silahkan tambahkan komentar