Pertamina Janjikan Pengadaan Bioethanol Januari 2016 (bagian 2)
Beberapa pihak, terutama produsen dan Asosiasi Produsen Bioethanol sangat menyayangkan serapan Pertamina yang kecil tersebut. Di tempat terpisah, dalam presentasi yang pernah disampaikan Misbahul Huda selaku Direktur Utama PT Energi Agro Nusantara, salah satu produsen bioethanol, menyebutkan total kebutuhan bioethanol Indonesia sangat besar.
“Kita ketahui total kebutuhan Fuel Grade Ethanol (bioethanol untuk campuran BBM) untuk transportasi Public Service Obligation (PSO) dan non PSO saja, sekitar 360.000 KL di tahun 2015 dan akan meningkat menjadi 753.000 KL pada tahun 2016,” tutur Huda.
Menanggapi total penyerapan produk bioethanol yang kecil, menurut Muji, volume tersebut sudah disesuaikan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) pada tahun 2016.
“Jumlah tersebut sudah disesuaikan dengan RJPP 2016 dan kami menggunakan prosentase pencampuran 5% sesuai Permen ESDM No. 12 Tahun 2015,” ujar Muji.
Di sisi lain, Subiyono selaku Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X yang merupakan induk perusahaan PT Energi Agro Nusantara, menuturkan bahwa dukungan Pemerintah dibutuhkan untuk pengembangan bioethanol nasional. Dukungan yang diharapkan, berupa jaminan terserapnya produksi bioethanol oleh pasar dalam negeri.
“PTPN X berinisiatif untuk memproduksi bioethanol sebagai bagian dari diversifikasi produk gula. Dalam jangka panjang, pabrik gula terancam keberadaannya oleh masuknya produk gula dari luar yang lebih murah dan berkualitas. Jika pabrik gula tidak melakukan diversifikasi, kemungkinan besar bisa bangkrut dan tutup,” tegas Subiyono
Sebagian besar bioethanol PT Energi Agro Nusantara sendiri diekspor ke Filipina. Negara tersebut memang gencar menyerap produk bioethanol, seiring dengan kebijakan Pemerintah Filipina untuk mengurangi konsumsi BBM fosil dengan bioethanol.
“Yang terjadi justru bioethanol PT Energi Agro Nusantara terserap oleh pasar luar. Ketika kami bisa memproduksi, malah di dalam negeri tidak ada yang beli,” kata Subiyono.
Pada acara yang diselenggarakan oleh Harian Kompas tersebut, pihak akademisi juga angkat bicara tentang keberlangsungan bioethanol. Menurut Bambang Sudarmanta, Kepala Laboratorium Motor Bakar Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS), arah pengembangan industri otomotif menuntut konsumsi bahan bakar dari bahan yang dapat diperbaharui dengan emisi yang ramah lingkungan. Bioethanol sendiri secara teknologi dan ketersediannya, sudah cukup memenuhi di Indonesia. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bioethanol dapat mengurangi emisi gas buang kendaraan.
“Berdasarkan uji performance maupun durability, pemakaian bioethanol dengan prosentase pencampuran sampai 15%, sudah aman diaplikasikan. Mengingat potensinya sebagai bahan bakar alternatif, maka penelitan bidang energi harus terus dikembangkan,” ujar Bambang yang menjadi salah satu keynote speaker pada acara tersebut.
Menutup serangkaian diskusi pada acara tersebut, Rinaldy Dalimi, yang mewakili Dewan Energi Nasional mengatakan arah kebijakan energi nasional adalah menciptakan kemandirian energi dan ketahanan energi.
“Tidak cukup menjamin ketersediaan energi dengan memanfaatkan potensi sumber dalam negeri saja. Melainkan energi dengan harga yang terjangkau untuk jangka panjang dan tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup” tutup Rinaldy. (ARH_Enero, VER_Corcom)
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar