Perpaduan Sapi dan Tebu: Daging, Pupuk Organik, dan Biogas dalam Menjawab Ketahanan Pangan dan Energi (Bagian I)

Terbit pada Selasa, 18 Maret 2014

 

Madura selain dikenal sebagai pulau penghasil garam karena wilayahnya panas dan terik, ternyata mempunyai potensi pula untuk budidaya tanaman tebu. Sekitar 250.000 hektar lahan di Madura cukup potensial untuk dilakukan budidaya tanaman tebu seperti yang disampaikan oleh Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Aris Toharisman. Ia menyebutkan bahwa lahan tersebut berpotensi menghasilkan tebu antara 60–90 ton per hektar, dimana potensi areal itu bisa mendukung pasokan tebu untuk pembangunan 10 pabrik gula baru dengan kapasitas giling masing–masing 10.000 ton tebu per hari (TCD). Kecuali itu, lahan di Madura bahkan sangat prospektif dikelola sebagai industri gula terpadu dan terintegrasi dengan industri berbasis tebu seperti bioetanol, listrik, kertas, pakan ternak, dan pupuk organik.

 

Madura juga dikenal dengan budaya karapan sapi. Bagi masyarakat Madura, karapan sapi adalah bentuk simbol prestige, bahkan dapat mengangkat status sosial bagi pemilik sapinya bila sapinya menjadi juara dalam perlombaan tersebut. Oleh karena itu, usaha ternak sapi bukanlah hal yang awam bagi masyarakat Madura.

 

Limbah tebu yang berupa pucuk daun dan daun rogesan sangat digemari oleh sapi. Ketertarikan masyarakat Madura terhadap sapi bisa dijadikan peluang untuk memotivasi mereka berbudidaya tanaman tebu. Limbah dari sapi yang berupa kotoran sapi dapat digunakan sebagai pupuk kandang (pupuk organik) bagi tanaman tebu. Dengan penggunaan kotoran sapi sebagai pupuk organik dalam budidaya tebu dapat mengurangi aplikasi pupuk anorganik. Ini menunjukkan bahwa petani tebu dapat menghemat pengeluaran operasional dalam proses pemupukan. Pupuk organik yang dihasilkan tiga ekor sapi dewasa per tahun dapat menghemat aplikasi pupuk anorganik sebesar 50% [Moch Romli dkk, 2012].

 

Untuk daerah kering dengan produktivitas tebu rata–rata 70 ton per hektar, limbah tebu per hektar dapat mensubstitusi hijauan untuk 3 ekor sapi selama 180 hari, dimana nilai limbah tebu untuk substitusi hijauan tersebut adalah Rp 900.000,- per ekor sapi [Moch Romli dkk, 2012]. Tetes tebu dapat dijadikan sebagai sumber energi bagi pakan ternak sapi. Penambahan 5% tetes tebu dalam pakan ternak sapi akan menaikkan berat badan sapi karena meningkatkan jumlah energi dalam pakan. Strategi ini menggabungkan budidaya tanaman tebu dan ternak sapi yang membentuk simbiosis mutualisme.(Ikhwan Krisnadi_Sekper, OPI_Sekper)

Rank 12 of The Best Twenty Five LKTI 2014

Terdapat 0 komentar

Silahkan tambahkan komentar