Modernisasi Jembatan Kompetensi Karyawan (Bagian II)
Usaha saya untuk meyakinkan teman-teman agar tidak khawatir dengan kabar tersebut tentunya harus didukung oleh langkah-langkah atau strategi yang tepat dari pihak Direksi. Langkah-langkah yang inovatif, edukatif dan kreatif atau bisa saya singkat menjadi “INDUK”. Inovatif yang berarti kita harus dipaksa untuk melakukan sebuah inovasi dalam bekerja. Edukatif yang berarti kita harus melakukan pekerjaan sesuai dengan edukasi yang telah kita terima. Dan yang terakhir adalah kreatif, yang berarti kita harus melakukan pekerjaan dengan daya kreasi kita tetapi tidak boleh lepas dari standard yang telah ditentukan.
Adapun langkah-langkah yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh Direksi adalah sebagai berikut:
- Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memberi motivasi dan meyakinkan diri para karyawan bahwa alat-alat tersebut hanyalah alat bantu agar operasional bisa menjadi lebih efisien, yakni efisien dalam hal waktu dan tenaga. Cara tersebut dapat ditempuh apabila SDM (Sumber Daya Manusia) masing-masing karyawan bertambah baik. Perluas pengetahuan mereka dengan membekali ilmu yang sesuai dengan job description masing-masing karyawan. Berikanlah pelatihan mulai dari karyawan yang berada di posisi paling bawah sampai pada karyawan yang memegang kendali di atas. Hal tersebut berguna agar pola pikir semua karyawan menjadi rata seluruhnya, sehingga terbentuk sinkronisasi pola pikir yang merata terhadap seluruh karyawan.
Dalam beberapa kesempatan sering saya jumpai bahwa penggunaan istilah asing dalam lingkungan kerja (khususnya di Laboratorium Bahan Olahan) masih sering salah, baik dari segi penulisan maupun dari segi pengucapannya, padahal mereka sudah bekerja selama puluhan tahun. Sebagai contoh adalah sebagai berikut: massecuite adalah bahasa prancis yang berarti masakan. beberapa orang menuliskan masquite dalam buku laporannya yang tidak ada artinya dalam bahasa manapun. Hal-hal demikian yang harus dijelaskan secara detail melalui in house training agar tidak terjadi salah kaprah.
- Untuk langkah yang kedua, atasan harus benar-benar memilih orang yang tepat untuk dijadikan leader yang mampu membakar semangat para karyawan. Pemimpin yang benar-benar berdedikasi penuh, loyalitas tanpa batas dan tanpa pamrih. Pemimpin yang jujur sesuai dengan visi dan misi perusahaan. Pemimpin yang benar-benar memegang teguh Budaya 3P (Profesional, Produktif, Pembelajar). Hal ini sangat bermanfaat untuk mendorong etos kerja para karyawan yang dirasakan semakin hari semakin menurun bisa saja bosan dengan hal-hal yang bersifat rutinitas. Sisipkanlah orang-orang baru yang bertenaga dan mau bekerja keras tiada henti. Sisipkanlah orang-orang baru yang mengerti teori untuk dipraktekkan dengan benar dan rapi. Perbaiki sumber pengetahuan mereka dengan hal-hal yang up to date dengan cara bekali mereka dengan pelatihan-pelatihan yang bersifat untuk mendongkrak kreatifitas dan kepercayaan diri mereka.
Beri kepercayaan kepada generasi muda. Untuk hal ini memang terkesan terlalu dini jika menempatkan generasi muda menjadi seorang pemimpin. Namun, hal ini tidak perlu dikhawatirkan jika poin pertama dan kedua berhasil dilaksanakan. (Philipus Yoga Pratama_PG Djombang Baru, OPI_Sekper)
Rank 20 of The Best Twenty Five LKTI 2014
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar