Menanti Manisnya Gula Madura (Bagian II)
Peluang Ekspansi Gula Di Pulau Madura
“Gaung” swasembada gula tahun 2014 telah mendorong upaya ekspansi industrialisasi gula di Pulau Madura menjadi kian nyata. Hal ini menjadikan Pulau Madura akan lebih dikenal sebagai Pulau “Gula.” Keseriusan PT Perkebunan Nusantara X (Persero) sebagai BUMN dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur begitu tampak dengan adanya dukungan Kementerian BUMN, Kementerian Pertanian, Anggota DPR-RI Komisi IV (Bidang Pertanian) dan jalinan kerja sama dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) maupun Konsultan STM Projects, Ltd. India.
Disamping itu menurut Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Aris Toharisman, Pulau Madura memiliki potensi ditanami tebu di Kabupaten Bangkalan, Sampang, dan Pamekasan. Iklim di Pulau Madura sesuai dengan tanaman tebu dan berdasarkan hasil identifikasi Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) menjadikan wilayah tersebut layak dilakukan pengembangan tanaman tebu dengan varietas unggul yang tahan hama penyakit dan daya adaptasi lingkungan yang tinggi. Luas areal 250 ribu hektar di Pulau Madura relatif sesuai tanaman tebu dan diperkirakan mampu menghasilkan tebu antara 60-90 ton per hektar. Potensi areal seluas 250 ribu hektar itu bisa mendukung pasokan tebu untuk pembangunan sepuluh pabrik gula (PG) baru masing-masing dengan kapasitas giling 10 ribu ton tebu per hari (TCD/ton cane per day). Sebagai pembanding areal lahan tebu di Jawa Timur saat ini sekitar 200 ribu hektar dengan 31 PG yang menghasilkan gula sekitar 1,2 juta ton per tahun (PTPN X-magazine 2012).
Tidak disangka Pulau Madura yang lebih dikenal dengan produk garam dan tembakau ternyata masih memiliki peluang berkembangnya industri gula secara terpadu. Pemanfaatan bahan dasar tanaman tebu selain menghasilkan produk gula juga dapat menghasilkan energi baru, bahan lain yang bermanfaat dan ramah lingkungan seperti bioetanol, listrik, kertas, pakan ternak, pupuk organik, dan produk-produk komersial lainnya. Impian Pulau Madura menjadi Pulau Gula kian nyata. Komoditi tebu memiliki pangsa pasar yang jelas, program dan bantuan yang terencana.
Berdasarkan hasil pengamatan para ahli menunjukkan bahwa potensi lahan di Pulau Madura sangat layak untuk perkebunan tebu karena faktor-faktor lingkungan agroklimat, sinar matahari, suhu, kelembaban udara dan air. Dukungan industrialisasi gula tidak hanya dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur melainkan juga dari pemerintah pusat. Melalui Kementerian Pertanian telah mengalokasikan dana sekitar Rp 89 miliar. Dana tersebut digunakan sebagai bantuan pengadaan bibit, traktor dan tenaga pendamping di lapangan.
Selain itu PT Perkebunan Nusantara X (Persero) berencana membangun pabrik gula dengan kapasitas produksi 5 - 6 ribu ton tebu per hari (TCD) yang modern. Harapan kehadiran pabrik gula dan perluasan perkebunan tebu dapat memberikan multi efek terhadap peningkatan kesejahteraan di tingkat petani tebu maupun laju perekonomian perdesaan di Pulau Madura.
Tantangan Industrialisasi Gula
Perluasan areal lahan perkebunan tebu dan pendirian pabrik gula ternyata tidak mudah dilakukan di Pulau Madura. Banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mengatasi permasalahan yang muncul diantaranya kondisi Sumber Daya Alam (SDA) yaitu air, Sumber Daya Manusia (SDM) dan budaya. Faktor SDA di Pulau Madura menunjukkan cuaca minim hujan sehingga ketersediaan air menjadi terbatas. Kekurangan air dapat menurunkan produktivitas tanaman tebu sehingga ketersediaan air yang cukup harus dilakukan selama proses budidaya tanaman tersebut.
Di sisi SDM, masyarakat Madura belum memahami teknis budidaya tebu sehingga harus dilatih dan didampingi oleh penyuluh di lapangan. Kesulitan tenaga penggarap saat tanam dan panen tebu masih terjadi di Pulau Madura. Minat tanam tebu belum sepenuhnya dilakukan oleh petani di Madura. Bahkan diperlukan proses waktu untuk menumbuhkan minat menanam tebu dari kebiasaan bercocok tanam jagung, tembakau, padi, jambu mete, cabe jamu, dan kelapa. Pengalaman dari salah satu petani “Tanam Tebu Pasti Untung” merupakan tantangan tersendiri untuk dapat ditularkan dan dipahami ke setiap petani.
Filosofi budaya orang Madura masih kuat terhadap pematang di lahan tidak boleh dibongkar sehingga menyulitkan proses mekanisasi di lahan tebu. Namun PT Perkebunan Nusantara X (Persero) tidak pantang menyerah untuk menghadapi tantangan tersebut. Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Hal ini yang memberi keyakinan setiap jajaran manajemen PT Perkebunan Nusantara X (Persero) dalam menjawab setiap tantangan di Pulau Madura. (Vardianata Yoedistira Virdawan_Penelitian Tembakau Jember, OPI_Sekper)
Rank 13 of The Best Twenty Five LKTI 2014
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar