Menanti Manisnya Gula Madura (Bagian I)

Terbit pada Rabu, 19 Maret 2014

 

Tak dapat dipungkiri bahwa komoditi gula merupakan produk strategis atau produk sensitif bahkan sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Hampir setiap tahun permintaan gula nasional cenderung mengalami kenaikan. Menurut Mardianto, dkk (2005) dan Maria (2009), konsumsi gula diperkirakan cenderung meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi serta industri makanan dan minuman. Namun kenyataan yang terjadi, permintaan gula masyarakat tidak diimbangi dengan produksi gula yang selalu mengalami fluktuasi. Hal ini dapat menimbulkan banyak permasalahan apabila pemerintah tidak mendukung pergulaan nasional. Seyogyanya Indonesia memiliki potensi keunggulan komparatif sebagai produsen gula terbesar di dunia. Indonesia mempunyai Sumber Daya Alam (SDA), Sumber Daya Manusia (SDM), dan iklim yang sesuai dengan tanaman tebu.

 

Fakta yang terjadi adalah produksi gula mengalami pasang surut dengan menurunnya jumlah pabrik gula. Jumlah pabrik gula sejak tahun 1930 sebanyak 179 pabrik gula menurun drastis menjadi 61 pabrik gula pada tahun 2009, (Maria (2009). Yang jelas permasalahan yang sedang dihadapi adalah in-efisiensi dan rendahnya daya saing finansial pabrik gula. Hal tersebut memberikan pengaruh terhadap daya saing dan harga jual gula di pasar domestik. (Malian, dkk 2004). Permasalahan industri gula nasional yang lain menurut Syafaat, dkk (2005), adalah produktifitas industri gula yang cenderung merosot, in-efisiensi pabrik gula, berkurangnya luas lahan perkebunan tebu, permintaan gula yang meningkat dan impor gula.

 

Melihat kondisi konsumsi gula yang meningkat mengakibatkan kebutuhan gula nasional mengalami kenaikan sehingga tidak ada alasan bagi Pemerintah Pusat mencanangkan Program Swasembada tahun 2014. Hal ini menuntut industri gula nasional mampu berkembang dan bersaing dengan para produsen luar negeri dalam memenuhi kebutuhan gula nasional.

 

Tak ketinggalan Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai daerah sentra industri pergulaan dan tanaman tebu turut andil dalam mendukung swasembada gula. Provinsi Jawa Timur memperoleh tugas yang penuh tantangan untuk menghasilkan gula sebanyak 1,6 juta ton gula pertahun dari target yang telah tercapai 1,2 juta ton gula pertahun.

 

Namun di Jawa Timur juga mengalami permasalahan gula yang sama. Contohnya adalah makin menurunnya luas areal tebu, produtivitas tebu juga menurun, minat petani untuk menanam tebu menurun sehingga petani memilih menanam komoditi lain, tidak ada nilai tambah secara ekonomi di kalangan petani tebu. Budidaya tebu masih menggunakan lebih dari 3 kali keprasan, petani kesulitan mendapatkan bibit yang unggul dan terjadi in-efisiensi di pabrik gula khususnya milik BUMN.

 

Persoalan tersebut telah mendapat perhatian serius dari pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk meningkatkan produktivitas tebu dan menambah luas areal perkebunan tebu melalui pengembangan industrialisasi gula ke pulau Madura yang lebih dikenal sebelumnya sebagai pulau penghasil garam. Tidak mudah untuk mengelola faktor-faktor Sumber Daya Alam (SDM) dan Sumber Daya Manusia (SDM) di Pulau Madura. PT Perkebunan Nusantara X (Persero) sedang membuktikan pengambangan perkebunan tebu hingga saat ini telah mencapai 1.300 ha. Bahkan ada rencana mendirikan pabrik gula dengan kebutuhan luas lahan tebu sebanyak 5.000 ha. (Vardianata Yoedistira Virdawan_Penelitian Tembakau Jember, OPI_Sekper)

Rank 13 of The Best Twenty Five LKTI 2014

Terdapat 0 komentar

Silahkan tambahkan komentar