Manisnya Pulau Madura (Bagian II)

Terbit pada Jumat, 21 Maret 2014

Tantangan tersebut perlahan sudah bisa dikelola menjadi peluang. Buktinya, kini makin banyak investor yang melirik Madura. Area tebu pun terus bertambah, Madura bagaikan gula yang memikat banyak semut. Jangan heran bila kelak persepsi anak cucu kita tentang Madura berbeda dengan orangtuanya. Bukan hanya penghasil garam, tetap menjadi pulau gula terbesar di Indonesia.

 

Kelak, Madura akan melahirkan sebuah cerita baru yang sangat menarik untuk di tuturkan kepada generasi selanjutnya. Bahwa pada sebuah pulau di utara Provinsi Jawa Timur itu, pernah berlangsung sebuah upaya brilian yang berhasil mengubah wajah pulau, dari daratan tandus penghasil garam menjadi sebuah pulau dengan industri gula terpadu yang berandil besar terhadap pemenuhan swasembada gula nasional.

 

Membicarakan Madura adalah membicarakan keunikan. Selama ini masyarakat Madura adalah masyarakat yang dikenal memiliki budaya yang khas, stereotipikal, bahkan cenderung stigmatis. Ciri yang unik itu terlanjur melekat dan terlanjur dianggap gambaran identitas individu maupun kelompok etnis Madura dalam kehidupan mereka. Keunikan identitas masyarakat Madura kerap dimaknai sebagai masyarakat yang lugu, sederhana, ramah,  memiliki solidaritas yang kuat, rasa kepemilikan yang tinggi, taat kepada hal yang diyakininya bahkan cenderung keras kepala (tanpa bermaksud merendahkan).

 

Kabupaten Bangkalan merupakan daerah yang memiliki wilayah yang paling luas di Madura, yaitu sekitar 130.525 ha. Berdasarkan analisis dan hasil overlay peta topografi, iklim, tataguna lahan, landsystem, dan peta rupa bumi Indonesia di Pulau Madura, serta hasil ground check menunjukkan bahwa di Kabupaten Bangkalan terdapat area yang sesuai untuk tanaman tebu seluas ± 43.439 ha atau 33,28% dari luas wilayah Bangkalan. Sebagian besar lahan tersebut termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan S2 seluas ± 33,892 ha (25,96%), sedangkan sisanya termasuk kelas kesesuaian S3 sekitar 9.547 ha (7,31%).

 

Hamparan lahan yang sesuai untuk tebu terdapat di hampir di semua kecamatan,  terutama terdapat di wilayah selatan dan utara kabupaten ini, yaitu di Kecamatan Modung, Blega, Tanah Merah, Kwanyar,Klampis dan Arosbaya. Di wilayah ini, total luas lahan di setiap kecamatan yang sesuai untuk tebu lebih dari 3.000 ha. Namun demikian, curah hujan di sekitar pesisir utara dan selatan Bangkalan kurang dari 1.500 mm/tahun sehingga pada akhir bulan kering masih diperlukan penyediaan air secara tepat agar pertumbuhan tebu dapat optimal. Lahan tadah hujan yang sesuai untuk tebu di Bangkalan saat ini berupa sawah tadah hujan dan tegalan yang ditanami padi dan jagung (palawija) atau dalam keadaan bera, sedangkan di lahan tegalan adalah jagung dan kacang hijau.

 

Luas Wilayah Kabupaten Sampang sekitar 122.510 ha. Dari luas tersebut lahan yang sesuai untuk tebu ± 42.636 ha (34,8%). Lahan-lahan yang sesuai untuk tebu terutama terhampar di wilayah selatan dan utara seperti di Kecamatan Banyuates, Torjun, Jrengik, Camplong, serta sebagian di wilayah tengah seperti Kadundung, Sampang, Omben, Robatal, Tambelangan, Ketapang, Sreseh dan Sukobanah.(Maskuri_PG Djombang Baru, OPI_Sekper)

Rank 15 of The Best Twenty Five LKTI 2014

Terdapat 0 komentar

Silahkan tambahkan komentar