Manisnya Pulau Madura (Bagian I)

Terbit pada Jumat, 21 Maret 2014

Tandus, gersang dan panas!Sepertiitulah kesan pertama yang didapat para pelancong, begitu mendengar nama Pulau Madura disebut. Anggapan ini berlaku terutama bagi warga luar daerah yang belum pernah datang ke sana. Madura memang gambaran masyarakat bertemperamen keras, memiliki budaya karapan sapi dan carok . Tipologi tanah tandus dan udara panas itu, kian mengesankan Madura sebagai pulau yang tak punya pepohonan hijau dan panorama alam yang elok dipandang mata.

 

Anggapan tersebut tidak seutuhnya benar. Pulau terbesar di Provinsi Jawa Timur ini memang tandus dan panas. Namun, ini tak berarti Pulau Madura tidak memiliki potensi lain yang memesona. Justru, Pulau Madura sangat berpotensi menjadi salah satu penghasil gula terbesar di tanah air.

 

Direktur Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) mengatakan, setelah dilakukan penelitian dan kajian, Madura menyimpan potensi besar untuk industri gula.Kajian yang dilakukan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) memberikan fakta menarik. Sekitar 250.000 hektar lahan di Madura relatif sesuai untuk perkebunan tebu dan bisa menghasilkan antara 60 hingga 90 ton perhektar.

 

Potensi itu bisa mendukung pembangunan 10 pabrik gula (PG) baru, dengan masing-masing kapasitas giling 10.000 ton tebu per hari (TCD/ton cane per day). Sebagai pembanding, area tebu di Jawa Timur saat ini sekitar 200.000 hektar dengan 31 PG yang menghasilkan gula sekitar 1,2 juta ton per tahun.

 

Potensi area tebu yang sangat masif di Madura, bisa menjadi tumpuan produksi gula. Selain itu juga sangat prospektif dikelola sebagai industri gula terpadu. Pabrik gula dapat diintegrasikan dalam sebuah kompleks industri berbasis tebu seperti bioetanol, listrik, kertas, pakan ternak, pupuk organik dan produk-produk komersial lainnya.Integrasi semacam itu sulit dilakukan di Jawa, mengingat rata-rata kapasitas giling PG hanya 3.500 TCD, sehingga hilirisasi produk turunan tebu sulit memenuhi skala keekonomian.

 

Saat ini area tebu di Madura baru mencapai sekitar 1.500 hektar yang terkonsentrasi di Sampang dan Bangkalan. Tahun 2014 area tebu kemungkinan meningkat menjadi 4.000 hektar, seiring dengan program pengembangan yang didanai APBN. Dua tahun berikutnya, ketika sudah ada PG, area tebu diperkirakan mencapai 10.000 hektar.Jika dibanding dengan potensi area tebu lainnya di luar Jawa, Madura jauh lebih menjanjikan. Infrastruktur tersedia cukup memadai. Jalan, jembatan lintas pulau, pelabuhan, jaringan listrik dan komunikasi tinggal pakai. Tenaga kerja juga cukup tersedia. Untuk itu, investasi ke Madura juga cukup terbuka lebar.

 

Pengembangan tebu di Madura memang tidak mudah dan menghadapi berbagai tantangan. Antara lain budidaya tebu masih relatif baru bagi sebagian besar petani, sehingga butuh sosialisasi dan transfer teknologi yang  sungguh-sungguh, agar tingkat keberhasilannya tinggi. Petani Madura terbiasa dengan tanaman pangan atau tanaman semusim berumur pendek, yang hasilnya bisa segera dijual.Ini berbeda dengan tebu, karena petani harus bekerjasama dengan PG dan perlu waktu minimal setahun sejak tanam hingga hasilnya bisa dinikmati. Selain itu rasa memiliki orang Madura relatif tinggi yang tercermin dalam pengelolaan lahan. Kadangkala sulit membongkar pembatas di antara lahan-lahan yang berbeda kepemilikan, walaupun sekadar untuk kebutuhan saluran drainase.(Maskuri_PG Djombang Baru, OPI_Sekper)

Rank 15 of The Best Twenty Five LKTI 2014

Terdapat 0 komentar

Silahkan tambahkan komentar