Kondisi Tanah Subur, Keprasan di Mauritius Sampai Enam Kali
Dibandingkan dengan Indonesia, kondisi tanah di Mauritius lebih berbatu. Namun, kota yang terletak di Afrika Timur tersebut, berhasil mengolah tanah berbatu menjadi tanah yang subur, khususnya untuk komoditi tebu.
Kepala Urusan Bibit dan Saprodi Divisi Budidaya Tebu PT Perkebunan Nusantara X, Yass Arlina mengatakan untuk iklimnya sama seperti di Indonesia, yaitu tropis. Namun, orang Mauritius sangat pandai dalam menjaga keseimbangan lingkungan.
"Di sana struktur tanahnya berbatu besar-besar. Namun, mereka bisa mengolahnya. Bongkahan batu-baru tersebut diambil, lalu tanahnya diolah menjadi kebun tebu," jelas Yass yang baru saja kembali dari studi banding ke Mauritius.
Selain bisa mengolah tanah berbatu, ungkap Yass, di Mauritius juga tidak membakar sisa tebangan. Namun, daun-daun kering tebu (trash blanket) tersebut dibiarkan di lahan. Kalau di Indonesia, daun-daun tebu tersebut akan dibakar atau diambil untuk pangan hewan ternak.
"Di Mauritius, tanahnya sangat subur. Di sana, keprasan sampai enam kali. Sedangkan di Indonesia, biasanya cuma dua kali keprasan," jelasnya.
Yass Arlina menjelaskan daun-daun kering yang dibiarkan di lahan dan tidak dibakar akan membusuk dan menjadi bahan organik tanah yang dapat memperbaiki kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah. Di samping itu, daun-daun kering tersebut dapat meningkatkan kapasitas tanah menyimpan air.
"Dengan kondisi tanah yang subur, maka penyerapan pupuk oleh tanaman akan lebih efisien ketika pemberian pupuk," ujarnya.
Yass menjelaskan kalau tanah yang miskin bahan organik, kandungan hara kimia akan menguap ke atas atau tercuci bila diberi pupuk kimia. Sedangkan kalau diberi bahan organik, maka unsur hara akan terikat dan dimanfaatkan tanaman. (Siska, VER_Corcom)
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar