Kartini, Simbol Kemauan dan Tekad Perempuan Indonesia untuk Maju

Nastiti menjelaskan dua sudut pandang ekstim terdapat peran perempuan adalah sudut pandang kaum feminis Barat dan sudut pandang hegemoni patriarki. Kaum feminis barat menempatkan posisi kaum perempuan tak hanya sejajar dengan kaum pria tetapi seringkali juga saling berhadapan dan saling bersaing. Dimana, kaum pria seolah-olah musuh yang harus ditaklukan bahkan sebagian kaum feminis menolak menikah dengan laki-laki karena merasa independen, mandiri dan tidak membutuhkan pasangan hidup.
"Bahkan seorang filsuf perempuan Prancis yaitu Simoine de Beauvoir menyatakan bahwa dalam pernikahan, perempuan mendapatkan sejumlah kekayaan, tapi perempuan menjadi budak," kata Nastiti.
Sedang menurut sudut pandang hegemoni patriarki, sambung Nastiti, kaum perempuan dianggap sebagai subordinat kaum adam, di bawah kaki suami. Bahkan dalam pola pandang yang sangat ekstrim, kaum perempuan tak ubahnya batur (pembantu) yang tugasnnya hanya merawat anak, memasak, mencuci dan melayani suami di ranjang.
"Kita memahami bahwa Raden Ajeng Kartini adalah simbol kemauan dan tekad perempuan Indonesia untuk maju, melepaskan diri dari keterbelakangan dan stereotip dua sudut pandang tersebut," tuturnya.
Nastiti menjelaskan Kartini membuktikan bahwa kaum perempuan adalah bagian dari tiang kehidupan. Kartini juga memberikan semangat bahwa perempuan harus menjadi partner suami yang artinya perempuan harus selalu mengembangkan kemampuannya terus menerut. Kaum perempuan mempunyai tugas mulia menjadi benteng kokoh bagi rumah tangga dan memiliki peran besar dalam mengembangkan generasi mendatang yang lebih kuat dan siap menghadapi tantangan.
"Perempuan menjadi filter bagi suami untuk menepis hal-hal buruk dan perempuan juga menjadi kekuatan di balik seorang pria. Namun perempuan juga bisa menjadi awal kehancuran," jelasnya.
Nastiti berpesan seluruh anggota IIKB harus mendukung kiprah suami agar lebih produktif di tempat kerja. Para istri harus bisa menguatkan suami jika ada permasalahan. PTPN X kini telah ditunjuk oleh Kementerian BUMN sebagai Koordinator BUMN Gula. Prestasi ini menunjukkan bahwa selama ini kiprah keluarga besar PTPN X telah berada di jalur yang benar.
"Tugas kita bersama untuk terus meningkatkan kinerja di masa-masa mendatang. Sebab sesungguhnya revolusi mental berawal dari rumah tangga kita. Tidak ada revolusi yang berhasil sebelum kita memperbaiki unit terkecil dalam kehidupan yaitu rumah tangga," pungkasnya. (Siska, AFS_Sekper)
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar