Jawab Tantangan On Farm dengan Mekanisasi
Hanya dalam hitungan hari, Bangsa Indonesia akan segera memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Pemerintah tidak akan bisa lagi memproteksi industri dalam negeri dengan adanya kesepakatan negara-negara ASEAN tersebut, tidak terkecuali dengan industri gula.
Melihat dinamika tersebut, Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara X, Subiyono mengatakan dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial, termasuk bagi produsen gula luar negeri, sebut saja Thailand.
"Ini tidak bisa dihindari. Selain akan masuknya gula dari luar negeri dengan harga murah, petani juga akan memilih komoditi mana yang bisa memberikan keuntungan," kata Subiyono dalam sambutannya pada acara Pencanangan Gerakan Mekanisasi PG Gempolkrep dan Tasyakuran Tutup Tanam Kebun Hamparan Full Mekanisasi, di Lapangan Sidonganto, Kebun Ngingas Rembyong, Mojokerto, Rabu (03/09/2015).
Beberapa tahun terakhir, sambung Subiyono, biaya kebun menjadi tinggi. Salah satu penyebabnya adalah karena mahalnya tenaga kerja. Saat ini, tenaga kerja di kebun yang ada, tinggal mereka yang sudah berusia lanjut. Sedangkan untuk generasi muda, sudah enggan bekerja di kebun. Para generasi muda lebih memilih bekerja di pabrik ataupun di pertokoan.
Masih menurut Subiyono, sayangnya, tingginya biaya tenaga di kebun tidak dibarengi dengan kualitas pekerjaan yang maksimal sehingga produktivitas kebun semakin lama semakin menurun.
"Untuk menjawab tantangan tersebut, mekanisasi adalah jawabannya," ujarnya.
Dengan mekanisasi, jelas Subiyono, selain pengerjaan lebih cepat, hasilnya juga bagus dan tidak membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga biaya kebun bisa ditekan. Siska, (VER_Corcom)
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar