Go Public, Why Not? (Bagian II)
Upgrade Pabrik Gula
Kapasitas giling dapur penghasil gula (baca: pabrik gula) berkapasitas rendah terus di upgrade untuk memperoleh kapasitas optimal. Rendemen tinggi dan profit margin endingnya. Suntikan dana dan energi dikucurkan pada pabrik berkapasitas kecil sebagai bagian dari investasi masa depan yang menjanjikan. Dana ekstra pun tercurah dari kran pemerintah melalui program revitalisasi pabrik gula. Harapan besar pun disematkan pada robot-robot pengasil gula -pabrik gula- yang sudah tidak lagi muda.
Swasembada gula di tahun 2014 sulit terwujud bila amunisi yang disiapkan sebatas penambahan areal dan revitalisasi pabrik gula. Ada beberapa amunisi yang bisa dipergunakan PTPN X untuk mencapai sasaran ini. Mungkin amunisi ini bukan pilihan mutlak. Setidaknya amunisi berikut bisa memberikan pilihan solusi alternatif agar manisnya gula bisa dipenuhi di negeri sendiri di tengah gencarnya serbuan gula rafinasi negeri seberang.
Pertama, melalui program peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan dan pelatihan salah satu cara peningkatan kecerdasan dan keterampilan bagi serdadu pabrik gula membangun trust petani sebagai mitra, pengelolaan tanaman tebu, tebang angkut dan pengoperasian mesin giling yang terampil penuh solusi dan dedikasi.
Mengutip pernyataan legenda panglima perang, Sun Tzu, “panglima perang yang hebat adalah menang tanpa tempur”. SDM yang andal mampu mengantisipasi sesuatu sebelum terjadi dengan mendeteksi gejalanya terlebih dahulu. Kompetensi, pengetahuan dan keterampilan SDM yang besar secara empiris mempunyai koneksi dengan performance perusahaan.
Kedua, Membangun manajemen trust pabrik. Kepercayaan menjadi unsur yang sangat berharga dalam pengelolaan pabrik gula. Tanpa jalinan itu, malapetaka besar menanti. Saling terbuka kepada petani, tidak menipu rendemen, ongkos tanaman, kredit dan seterusnya harus menjadi pondasi yang harus dimiliki oleh setiap elemen pabrik gula. Kondisi yang sudah terjalin baik harus terus dipelihara dan ditingkatkan. Pelatihan dan temu teknis serta musyawarah menjadi senjata ampuh menjaga hubungan kemitraan yang dinamis berdasarkan azas manfaat dan kepercayaan yang tinggi.
Ketiga, Penyediaan bibit unggul. Bibit adalah embrio. Peningkatan produksi dan rendemen tebu sangat berimplikasi pada gen yang dikandung embrio (baca:bibit). Tentunya sebuah korelasi positif bila menanam tebu yang baik akan menuai yang baik pula. Penyediaan bibit unggul menjadi keharusan pastinya. Namun tidak semudah membalikan telapak tangan dalam penerapannya. Penyediaan sarana dan prasarana menjadi imbalan untuk menghasilkan bibit berkualitas prima melalui penelitian dan pengembangan serta penyediaannya tercukupi.
Program bongkar ratoon (penggantian bibit lama dengan bibit baru) setelah tiga musim tebu menjadi ekses yang harus dijalani dalam meraup untung. Pergantian bibit baru nan unggul merupakan bagian ikhtiar wajib yang harus ditegakkan demi terciptanya kesejahteraan petani dan pabrik gula. Pabrik gula maju rakyat makmur pemerintah bersyukur.
Keempat, Peningkatan kapasitas giling yang dibarengi dengan otomatisasi mesin. Kejar mengejar jarak antara biaya produksi dan harga jual menjadi indikator margin perusahaan. Peningkatan kapasitas giling akan berimbas pada peningkatan produksi giling dan rendemen. Sedangkan otomatisasi dan efisiensi biaya input energi – dengan penggantian ketel dengan tekanan 82 bar - menurunkan biaya produksi dan penambahan pendapatan dari over produk berupa listrik. Dengan begitu peningkatan laba semakin menjadi nyata.
Kelima, Mewujudkan industri tebu zero waste. Pengelolaan limbah on farm dan off farm yang bijak akan memberi manfaat, semesta mendukung hingga terciptanya kondisi alam usaha yang kondusif. sisi on farm sering kali belum dikelola sepenuh hati. Potensi limbah tanaman tebu seperti pucuk tanaman, bagal dan daduk dapat dikembangkan menjadi pakan ternak. Mungkin sapi sebagai tanaman ternak yang prospektif dan seiring dengan program swasembada daging. Lain halnya off farm melalui diferensiasi produk seperti bioethanol, listrik, dan pupuk terus ditancapkan.
Pabrik bioethanol dan co-generation telah dibangun. Masih belum lengkap jika bahan tersedia tapi harus beli. Pabrik pupuk dapat dijadikan sebagai bagian industri gula terpadu. Pemanfaatan blotong dan abu ketel sebagai pupuk organik –kompos. Memegang peranan penting dalam penyediaan makanan bagi tebu dan perbaikan kualitas tanah. Tanah ibarat tempat tinggal, jika rusak atau bocor penghuninya tidak nyaman. Begitu juga tebu. Kandungan bahan organik tanah yang rendah (BO < 1%) harus mendapat perhatian dan manifestasi kecintaan terhadap alam –tebu. BO tinggi tanaman jadi sehat, produksi optimal pun dapat diraih. (Budiyarto_Penelitian Tembakau Jember, OPI_Sekper) <article>
Rank 10 of The Best Ten LKTI 2014
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar