Budaya Sarungan Masyarakat Madura
Ditilik dari sudut pandang keagamaan, Madura dikenal sebagai ‘pulau santri’. Pondok pesantren terkecil sampai dengan terbesar bisa dijumpai di sini. Hal ini ditengarai sebagai salah satu penyebab gemarnya masyarakat Madura memakai sarung (sarungan). Selain dari lingkungan, sarungan merupakan budaya turun temurun yang dikenalkan oleh para orang tua kepada anaknya mulai dari kecil.
Budaya sarungan mereka lakukan bukan hanya dalam kegiatan keagamaan. Masyarakat yang masih kental dengan budaya Madura, dalam kehidupan sehari-hari mereka selalu memakai sarung dalam segala aktivitas yang dilakukan.
Foto disamping sebagai gambaran nyata budaya sarungan di Madura. Foto tersebut diambil di Desa Rapa Laok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang. Dalam foto yang diambil pada bulan Maret 2011 tersebut, penulis dan Mohammad Rosul (kiri) serta Fahmi Amrullah (Camera man) sedang melakukan kegiatan survey lahan pengembangan areal tebu.
Ketika itu, Mohammad Rosul calon petani tebu rakyat yang akan bermitra dengan PTPN X menyampaikan bahwa dia lebih suka memakai sarung dari pada celana (panjang/pendek). Hal itu dilakukannya mulai dari kecil sampai dengan sekarang hampir dalam segala aktivitas kesehariannya. Koleksi sarung yang dimilikinya jauh lebih banyak dari pada koleksi celana. Memakai sarung lebih nyaman mereka lakukan. Jika memakai celana, mereka akan lebih risih (gatal) karena memang tidak terbiasa. Bukan hanya dirinya, hampir semua masyarakat desa dan kecamatan itu pun demikian.
Kembali lagi pada foto tersebut. Mungkin jika kedua orang dalam foto diminta untuk bertukar gaya pakaian pada kondisi kegiatan seperti itu keduanya sama-sama tidak berkenan. Hal itu karena yang satu merasa risih memakai sarung dan sebaliknya yang satunya juga risih memakai celana. Uniknya budaya sarungan di Madura. (Ahmad Holil_QC & PL <Madura>, OPI_Sekper)
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar