Budaya Lokal Tantangan Bentuk Lahan Hamparan
Puluhan delegasi dari PT Perkebunan Nusantara II, VII, IX, XI, XII dan PT RNI mengunjungi salah satu kebun rakyat binaan PG Watoetoelis yang sudah menerapkan sistem hamparan di Sidoarjo. Agar mekanisasi lebih efektif dan efisien, minimal luas kebun 10 hektar.
Saat diskusi panel acara Sharing Session BUMN Gula di Hall Kantor Direksi Jalan Jembatan Merah, Jumat (12/06/2015), Beta Roosyanto P dari PTPN XI mengungkapkan dirinya sangat tertarik di on farm yaitu pelaksanaan mekanisasi yang benar. Di tanah sawah perlu pematusan sehingga perlu treatment tanah untuk pembuangan air.
"Tapi ini sangat tergantung dengan pola budaya daerah setempat baik di Jawa maupun di Madura," kata Beta.
Beta menambahkan, dalam rangka menekan Harga Pokok Produksi (HPP) pelaksanaan mekanisasi dengan sistem grouping itu bisa dan berpotensi bertentangan dengan budaya lokal masing-masing daerah.
Menjawab dan menanggapi Beta, Dirut PTPN X Subiyono mengungkapkan untuk saat ini budidaya dengan Sistem Reynoso masih mungkin. Tapi tidak tahu bagaimana ke depan.
"Saya tidak bisa melihat formulanya. Yang terpenting ayo kita kerjakan. Tentunya apa yg dilakukan PTPN X tidak sama dengan lainnya," jelasnya.
Mantan Kepala Dinas Perkebunan Provinsi menjelaskan, dirinya mendorong aplikasi mekanisasi sejak 40 tahun yang lalu namun belum berhasil diterima sepenuhnya karena beragam alasan.
"Sekali lagi, saya tidak bisa menjawab persoalan budaya lokal. Intinya sekarang mekanisasi dengan sistem grouping harus bisa. Karena ini feasible dan solutif," tandasnya. (Siska, OPI_Corcom)
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar