Banyak Investor Tertarik Berinvestasi di Bisnis Gula Berbasis Tebu
Rencana pemerintah untuk terus mengembangkan bisnis gula berbasis tebu dilirik sejumlah investor. Bahkan hingga akhir Juli 2015, sudah ada beberapa investor yang sudah menyatakan sangat berminat untuk mengivestasikan dananya ke proyek yang digagas pemerintah untuk memenuhi target swasembada gula.
“Kami pun tengah menyiapkan persyaratan investasi yang harus dipenuhi oleh para calon investor,” kata Staf Ahli Menteri Pertanian Bidang Investasi, Syukur Iwantoro.
Salah satu persyaratanya, ungkap Syukur, adalah kemampuan investor untuk membangun perkebunan tebu guna memenuhi kebutuhan pabrik gula. Syarat yang tidak kalah penting adalah pabrik yang dibangun juga diwajibkan mampu memroduksi gula berkualitas tinggi yang dapat digunakan untuk memasok kebutuhan industri.
“Pabrik gula basis tebu yang baru harus bisa memroduksi Gula Kristal Putih. Hal ini tidak lain agar jumlah impor gula mentah bisa berkurang,” ujarnya.
Masih menurut Syukur, Kementan juga terus berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup terkait penyiapan lahan yang semuanya berlokasi di luar Pulau Jawa. Dari hasil uji coba dan penelitian, disimpulkan bahwa ada sejumlah wilayah yang dinilai cocok untuk mengembangkan komoditas tebu dan pembangunan pabrik gula. Di antaranya, meliputi Aceh, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Merauke.
Pengembangan lahan tebu dan penambahan pabrik gula diharapkan mampu mendorong terealisasinya target produksi gula konsumsi rumah tangga sebanyak 3,8 juta ton pada 2019. Sepanjang 2014, produksi gula nasional baru mencapai 2,55 juta ton, naik 2,21 persen dibandingkan dengan produksi gula pada tahun sebelumnya yakni 2,05 juta ton.
Sementara, untuk total produksi gula nasional, perusahaan BUMN di sektor gula hanya berkontribusi 60 persen dan sisanya diproduksi sektor swasta. Produksi gula BUMN itu dinilai masih jauh di bawah target yang diharapkan untuk bisa mencapai swasembada gula karena produktivitas gula dan rendemen rendah. (Siska, OPI_Corcom)
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar