Bagi Ibu, Bekerja Itu Untuk Berkarya
Saat ini, banyak ibu yang memilih bekerja dan mengejar karir. Namun, bagi Efni Juita, dia bekerja hanya untuk berkarya dan jenjang karir bukan hal yang utama.
"Ibu adalah perempuan yang hebat. Walaupun dia bekerja, tetapi mata dan pikiran tidak pernah lepas dari segala hal yang berkaitan dengan rumah," kata istri Direktur Keuangan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X ini.
Perempuan yang lebih senang disapa Feni ini menambahkan, berbeda dengan laki-laki. Kalau bapak sudah keluar rumah, maka pikirannya hanya ke pekerjaan, bagaimana pekerjaan tersebut selesai dengan baik.
"Peran ibu untuk perkembangan dan pendidikan anak sangat besar sekali. Kalau saya yang keluar kota, anak-anak akan bingung. Tetapi kalau bapaknya yang keluar kota, anak-anak tidak ada masalah," ungkap ibu seorang putra berusia 15 tahun dan seorang putri berusia 9 tahun.
Feni menambahkan kehebatan seorang perempuan atau ibu lainnya adalah seorang perempuan bisa fokus dalam beberapa hal dalam satu waktu. Maka, tidak heran bila seorang ibu bekerja di luar rumah, hati dan pikiran mereka masih rumah.
"Menurut saya, laki-laki harus mengejar karir, kalau untuk ibu hanya berkarya saja sebagai bentuk aktualisasi diri. Bagi saya, perempuan yang mengejar karir itu akan tersita perhatiannya untuk urusan kantor. Tetapi, mereka akan tetap menjadikan anak-anaknya sebagai prioritas atau menjadi perhatian utama karena saat ini pengaruh negatif bagi anak sudah sangat luar biasa," papar dia.
Masih menurut Feni, untuk itu, dirinya selalu membangun komunikasi yang intens, baik dengan suami maupun anak-anaknya. Feni juga membiasakan agar semua keluarga selalu bercerita tentang kegiatan dan aktivitas apa saja yang telah dilakukan hari itu.
"Walaupun sekarang ini suami jauh dari kami, yang paling penting adalah kepercayaan dan komunikasi," katanya.
Feni juga mengungkapkan awalnya dia dan anak-anak tidak menyetujui sang kepala keluarga mengabdi di PTPN X yang berlokasi di Surabaya, sementara dirinya dan kedua anaknya berada di Jakarta.
"Sejak menikah tahun 2001, inilah pertama kalinya kami berjauhan dan hanya bertemu satu minggu sekali. Namun, kami terus belajar bersyukur dan mendukung suami dalam menjemput rezeki. Kami pun terus belajar untuk tidak selalu melihat ke atas, tetapi belajar untuk melihat ke depan," pungkasnya. (Siska, VER_Corcom)
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar