Sistem Re-grouping Bisa Dicontoh di Gorontalo

Terbit pada Senin, 28 September 2015

Minat petani tebu di Gorontalo semakin menurun sehingga luasan areal tebu pun semakin menyusut. Setelah belajar tentang sistem re-grouping yang sedang digencarkan oleh PT Perkebunan Nusantara (PTPN) X, diharapkan sistem ini bisa diterapkan di Gorontalo untuk menggugah semangat petani kembali membudidayakan tebu.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Bualimo, Provinsi Gorontalo, Hanriyadi mengatakan di Provinsi Gorontalo sudah ada pabrik gula dengan produktivitas 90 ton/hektarnya. Namun berbeda dengan sistem di Jawa, khususnya Jawa Timur, pabrik gula di Gorontalo membeli tebu rakyat dengan sistem berat yang hanya dihargai Rp 343 ribu per ton tebu.

“Selama ini tenaga teknis di Gorontalo belum tahu tentang budidaya tebu. Jadi kalau tidak tahu ya tanya ke PG. Sangatlah berharga mengikuti pelatihan ini karena kami jadi memahami bagaimana alur budidaya tebu yang sebenarnya," ungkapnya.

Hanriyadi menyebutkan minat petani untuk menanam tebu semakin menyusut didasarkan pada data yang ada di Provinsi Gorontalo. Pada tahun 1990-an, luas areal tebu rakyat lebih dari 1.000 hektar. Namun, pada musim tanam 2014/2015 hanya 350 hektar saja.

"Masalahnya, petani menilai pabrik gula kurang transparan sehingga beralih ke komoditi lain yang dinilai lebih menguntungkan dan lebih transparan. Meskipun, manajemen pabrik gula yang ada di Gorontalo sudah mengeluarkan kebijakan agar petani kembali berminat menanam tebu," imbuhnya.

Masih menurut Hanriyadi,. Namun dari pelatihan selama enam hari, baik di Yogyakarta ataupun di PT Perkebunan Nusantara X, dirinya lebih tertarik dengan sistem re-grouping yang tengah dilakukan di Kediri, Jawa Timur.

"Sistem re-grouping ini akan saya jadikan oleh-oleh bagi petani di Gorontalo, selain tentang perencanaan bibit, taksasi tebu, dan mekanisasi. Kami berharap, dengan sistem re-grouping ini bisa meningkatkan minat petani untuk kembali menanam tebu dan produktivitas kebun akan semakin tinggi," paparnya.

Hanriyadi menambahkan seperti di Jawa, di Gorontalo pun mengalami permasalahan yang sama, yaitu sulitnya tenaga kerja di kebun. Dengan sistem re-grouping yang menerapkan teknologi mekanisasi ini, diharapkan dapat menekan biaya kebun dan hasil pekerjaan kebun yang semakin seragam. (Siska, VER_Corcom)

Posted in Berita

Terdapat 0 komentar